oleh: Romo William P. Saunders *
Berikut ini beberapa pertanyaan singkat yang disampaikan kepada Straight Answers. Semua kutipan yang ada dalam jawaban diambil dari Pedoman Umum Misale Romawi, kecuali jika dinyatakan sebaliknya.
Mengapa imam mencium altar?
Altar melambangkan Kristus, yang seperti kita doakan dalam Prefasi Paskah V “menyatakan Diri sebagai imam, altar, dan anak domba yang dikurbankan.” Di samping itu, seturut tradisi, relikui orang kudus ditempatkan di altar, yang menjadikan altar layak mendapat penghormat-an yang demikian. (catatan, “Hendaknya dipertahankan tradisi Gereja untuk memasang relikui orang kudus, yang juga bukan martir, di dalam atau di bawah altar yang akan didedikasikan” no. 322).
Bilamanakah imam mempergunakan pedupaan?
Imam dapat mendupai salib dan altar sesudah melakukan peng-hormatan pada awal Misa (no. 49, no. 123), Kitab Injil sebelum diwarta-kan (no. 134), roti dan anggur yang telah dicampur dengan air setelah doa persembahan dan salib serta altar (no. 75, 144); imam sendiri karena pelayanan kudus yang ia sandang, dan umat karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan dapat juga didupai oleh diakon atau pelayan lain (no. 75).
Dalam Masa Paskah, lilin paskah dapat juga didupai. Sejak jaman Perjanjian Lama, dupa telah dipergunakan untuk menyucikan kurban dan altar, serta mengusir segala bentuk kuasa jahat. Lagipula, seperti diwartakan dalam Mazmur, dupa melambangkan doa-doa kita yang membubung ke surga.
Apakah imam wajib menggunakan kain penutup piala?
Sesuai tradisi, piala dan patena ditutup dengan kain penutup piala (= palla) sebelum perayaan Misa dimulai. Pedoman Umum menyatakan, “Sangat dianjurkan agar piala ditutup dengan kain; warnanya dapat putih atau sesuai dengan warna liturgi hari yang bersangkutan” (no. 118). Kain penutup ini dilepaskan pada saat persembahan. Setelah dibersihkan sesudah Komuni, piala dan patena ditutup dengan kain penutup kembali. Namun demikian, penggunaan kain penutup piala ini merupakan tradisi, bukan wajib.
Apakah imam wajib membasuh tangannya saat persembahan?
Ya. Imam, setelah doa-doa persembahan atas roti dan anggur yang telah dicampur dengan air, membasuh tangannya dengan mengatakan, “Tuhan, basuhlah aku dari dosa-dosaku dan cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku.” Ritus ini melambangkan bahwa imam menginginkan hati yang bersih sementara ia mempersembahkan Kurban Kudus Misa. (no. 76)
Mengapa imam menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala?
Sementara imam (atau diakon) menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala, ia berdoa, “Dengan misteri air dan anggur ini, semoga kita beroleh bagian dalam keilahian Kristus, yang menghambakan Diri untuk ambil bagian dalam kemanusiaan kita.” Oleh sebab itu, tindakan ini melambangkan persekutuan hypostatic antara keilahian Kristus dan kemanusian kita.
Dalam misteri inkarnasi, Yesus Kristus, sungguh Allah, menjadi sungguh manusia. Ingat juga bahwa dalam peristiwa salib, prajurit Romawi menikamkan tombaknya ke lambung Yesus, menembus Hati Kudus-Nya, dan dari luka-Nya mengalirlah Darah dan Air (bdk Yoh 19:34). Karena itu, rahmat keselamatan dari inkarnasi, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus menyentuh hidup umat beriman dan secara istimewa dianugerahkan melalui Ekariti Kudus. Melalui Ekaristi Kudus, umat beriman beroleh bagian dalam hidup ilahi dan kasih Kristus yang menjadi manusia demi keselamatan kita.
St. Siprianus juga mengatakan bahwa air melambangkan Gereja (umat beriman) yang ditarik ke dalam kehidupan Kristus. Seperti Yesus mempersembahkan kurban-Nya demi dosa-dosa kita dengan mencurah-kan Darah-Nya, demikian juga kita dipersatukan dengan Dia dalam kurban-Nya secara tak terpisahkan bagai air dan anggur.
Mengapa imam memasukkan secuil Hosti Kudus ke dalam piala pada saat Anak Domba Allah?
Sementara imam memasukkan potongan Hosti kudus ke dalam piala, imam berdoa, “Semoga percampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus memberi kita kehidupan kekal.” Jadi, gerakan ini melambangkan kesatuan Sakramen: Tubuh, Darah, Jiwa dan KeAllahan Yesus sungguh benar dan sepenuhnya hadir, baik dalam Darah Mahasuci dalam piala maupun dalam Hosti Kudus di patena.
Apakah imam wajib mengenakan kasula?
“Busana khusus bagi imam selebran dalam Misa ialah “kasula” atau planeta. Begitu pula dalam perayaan liturgi lainnya yang langsung berhubungan dengan Misa, kecuali kalau ada peraturan lain. Kasula dipakai di atas alba dan stola” (no. 337).
Bilamanakah lonceng altar dibunyikan?
Sesudah imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, lonceng altar dapat dibunyikan sementara imam mengunjukkan Hosti Kudus dan dibunyikan lagi saat imam mengunjukkan piala Darah Mahasuci. Lonceng altar dapat juga dibunyikan “sesaat sebelum konsekrasi,” biasanya pada saat epiklesis (No. 150).
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls
and a professor of catechetics and theology
at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: A Liturgical Potpouri”
by Fr. William P. Saunders;
Arlington Catholic Herald, Inc;
Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Disesuaikan dengan buku “Pedoman Umum Misale Romawi”,
diterjemahkan oleh Komisi Liturgi KWI
dari Institutio Generalis Missalis Romani, editio typica tertia 2000,
diberi approbatio oleh Konferensi Waligereja Indonesia,
dalam sidang 23-26 April 2002.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas
dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar