Gereja Pandu mulai dibangun pada tahun 1935, tepatnya pada tanggal 10 Mei 1935, ditandai dengan upacara peletakan batu pertama oleh Mgr. J. Goumans OSC. Detik-detik bersejarah itu diabadikan pada prasasti yang kini terpancang pada dinding pintu utama Gereja Pandu.
Sebelumnya umat katolik di daerah Pandu hanya memiliki sebuah gereja darurat yang terletak di Burgermeester Coopweg No 23 ( sekarang jalan Pajajaran ). Sejak tanggal 3 Juli 1934 Pastor J. de Rooij OSC menetap di sana. Beliau pula yang mempersembahkan misa yang pertama di sana pada tanggal 5 Agustus 1934.
Pembangunan Gereja Pandu terus dilaksanakan dengan mendahulukan pembangunan aula dan pastoran sehingga beberapa waktu kemudian, pastor sudah dapat tinggal di pastoran. Akhirnya, pada tanggal 17 November 1935 Gereja Pandu diresmikan dan diberkati oleh Mgr. J. Goumans OSC. Sampai sekarang Gereja Pandu tetap berdiri dengan megah dan anggun serta menjadi salah satu bangunan yang dilindungi (heritage).
PERKEMBANGAN PAROKI PANDU DARI MASA KE MASA
1. 1935 – 1942 : Masa jabatan Pastor J. de Rooij OSC
Pada masa ini yang menjabat Pastor Paroki adalah Pastor J.de Rooij OSC. Pada tahun 1938 datang Pastor J. Scharf OSC dan Pastor Th. Scheerder OSC. Pada tahun 1940 kedua pastor itu diganti oleh Pastor A. Vermeulen OSC dan Pastor C. Mooy OSC.
Ketika itu sudah ada pendidikan misdinar dan kelompok koor untuk mengisi misa. Jumlah umat katolik pada tanggal 30 Juni 1941 tercatat 1.640 jiwa, sebagian besar terdiri dari orang Eropa.
Pada saat Pastor J. de Rooij OSC cuti, Gereja Pandu dibimbing oleh Pastor A. v. Dijk OSC, Pastor C. v. Dal OSC dan Pastor J. v. De Pol OSC.
2. 1942 – 1945 : Jaman Jepang
Pada masa tersebut Indonesia sedang berperang melawan Jepang. Keadaan ini mempengaruhi kehidupan gereja. Pastor – pastor masuk Kamp Tawanan Jepang dan hanya Pastor H. Reichert OSC yang bebas. Beliaulah yang melayani umat katolik di Keuskupan Bandung seorang diri.
Selama masa pendudukan Jepang, Suster Hildegard OSU bersama dua orang rekannya dari Ursulin menjaga dan merawat Gereja Pandu agar tidak dirusak oleh Jepang. Selain itu pastoran dijadikan asrama anak yatim piatu putri.
3. 1945 – 1950 : Masa jabatan ke dua Pastor J. de Rooij OSC
Sesudah Indonesia merdeka, Pastor J. de Rooij OSC, Pastor A. Vermeulen OSC, Pastor C. Mooy OSC dan Pastor J. v. De Pol OSC kembali ke Pandu. Situasi belum stabil, banyak pastor datang dan pergi silih berganti, diantaranya Pastor H. Wentholt OSC, Pastor B. J. Leenders OSC dan Pastor C. v. Schaik OSC.
Suatu saat Pastor J. de Rooij OSC mempunyai gagasan untuk membuka sekolah dasar dekat gereja. Setelah dua kali dicoba, ternyata gagal karena kurang tenaga yang profesional.
4. 1951 – 1958 : Masa Jabatan Pastor C. V. Schaik OSC
Pastor J. de Rooij OSC dan Pastor J. Lamers OSC diganti oleh Pastor C. V. Schaik OSC. Beliau pula yang melanjutkan usaha Pastor J. de Rooij OSC untuk mendirian sekolah. Pada tahun 1951 Taman Kanak Kanak mulai dirintis, dilanjutkan dengan Sekolah Dasar pada tanggal 1 Juli 1952. Usaha tersebut dibantu oleh Yayasan Salib Suci. Gedung sekolah ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1955. selain itu, pada masa ini juga dibentuk Badan Hukum KERK EN ARM BESTUUR ( Badan Gereja Dan Amal ) yang mengurus harta milik gereja dan amal.
Sejak tanggal 27 Desember 1957 Pastoran Pandu mulai dijadikan biara dan rumah pendidikan calon pastor dan bruder OSC ( Seminari Tinggi ). Untuk itu, dibangunlah gedung dua lantai yang diberkati oleh Mgr Petrus Arntz pada tanggal 2 Januari 1962. Di biara Pandu inilah para calon imam OSC dibentuk secara intelektual, spiritual, sosial dan pastoral. Dengan diintegrasikannya rumah pendidikan para calon imam biarawan OSC di Paroki Pandu maka diharapkan pada calon imam OSC dapat belajar bukan hanya teori, tetapi juga melalui praktek dan interaksi dengan kehidupan umat sehingga pada saatnya mereka dapat menjadi imam-imam biarawan OSC yang siap melayani umat dijiwai oleh Spiritualitas Salib, hospitalitas, hidup komunitas dan kecintaan pada liturgi.
5. 1958 – 1963 : Masa jabatan Pastor B. J. Leenders OSC
Setelah masa jabatan Pastor C. V. Schaik OSC berakhir, Gereja Pandu dibimbing oleh Pastor B. J. Leenders OSC dibantu oleh Pastor Dohne OSC, Pastor Th. Kooster OSC dan Pastor A. v. Santvoort OSC.
Pastor B. J. Leenders OSC berinisiatif mendirikan Legio Maria, maka pada tanggal 14 Agustus 1958 didirikan Legio Maria presidium Bunda Berduka Cita yang anggotanya terdiri dari kaum bapak dan ibu. Kaum muda pun tidak mau ketinggalan, maka didirikan lagi presidium Bunda Kerahiman pada tanggal 26 Agustus 1959.
Pada tanggal 26 Februari 1959, Pastor J. de Rooij OSC meninggal dunia sebagai pastor Gereja Santo Paulus – Mohamad Toha. Pastor Dohne pun pindah dari Pandu dan diganti oleh Pastor H. Reichert OSC yang merintis pembentukan Badan Kesejahteraan Sosial untuk melayani mereka yang memerlukan bantuan dari gereja.
Tahun 1962, Gereja Pandu mendapat tambahan tenaga Pastor, yakni Pastor M. Sommers OSC dan Pastor J. Verhoeven OSC yang mendirikan Organisasi Wanita Katolik pada tahun 1962. Pada tahun ini, Paroki Pandu mulai dibagi menjadi 6 blok (leider), agar warga paroki mendapatkan pelayanan dan perhatian yang lebih intensif. Setiap blok (leider) dipimpin oleh seorang ketua yang berfungsi sebagai penghubung antara pastor dan umat.
Pastor B. J. Leenders OSC dipindahkan, maka Gereja Pandu kemudian dibimbing oleh Pastor H. Reichert OSC, Pastor J. Verhoeven OSC dan Pastor M. Sommers OSC.
6. 1964 – 1977 : Masa Jabatan Pastor H. Reichert OSC
Jabatan Pastor B. J. Leenders OSC diserahkan kepada Pastor H. Reichert OSC, yang dibantu oleh Pastor J. Hehenkamp OSC, Pastor C. Mooy OSC dan Pastor M. Sommers OSC.
Pada masa ini lahir lagi presidium Bunda Penebus (muda-mudi), Presidium Presidium Ratu Pecinta Damai (untuk remaja putri), Presidium Benteng Gading untuk remaja putra dan Presidium Rosa Mystica.
Umat merasakan perlu adanya Sekolah Lanjutan di Paroki Pandu. Oleh karena itu, dengan kerjasama Pihak Pangurus Yayasan Salib Suci, yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak J. Mamusung dan Bapak A. Koesdarminta, didirikanlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mulai berjalan pada tanggal 1 Januari 1967.
Pada masa ini, dibentuklah sebuah organisasi kerohanian yaitu Maria Congegasi (M ) di bawah bimbingan Pastor H. Reichert OSC. Kelompok – kelompok lain yang lahir pada masa ini :
- Team Misa Muda Mudi ( TM3 ) yang dibentuk oleh Pemuda Katolik Pandu merupakan kelompok koor.
- Dewan Paroki Pandu, yaitu badan yang membantu pastor dalam memajukan dan mengembangkan paroki.
- Kredit Union (CU), merupakan koperasi simpan pinjam untuk membantu umat di Paroki Pandu.
- Dana Santunan Kematian Paroki Pandu ( DSKPP ) adalah oganisasi yang dibentuk untuk membantu keluarga orang yang meninggal dengan memberi santunan kematian.
- Kelompok Tata Tertib Gereja yang bertugas menjaga ketertiban selama perayaan ekaristi di Gereja.
- Koor muda mudi SMP Pandu yang ditugaskan untuk mengisi acara misa.
- Koor Gita Remaja yang sebagian besar beranggotakan siswa-siswi SMA.
Pastor yang datang di Paroki Pandu masa ini adalah Pastor J. Schellekens OSC, Pastor H. Leemakers OSC, Pastor Leo Van Beurden OSC, Pastor Hans Van Doorn OSC, sementara pastor yang pergi dari Paroki Pandu ialah Pastor J. Verhoeven OSC, Pastor J. Hehenkamp OSC dan Pastor C. Mooy OSC.
Pastor Leo Van Beurden OSC mengubah sistem pembagian wilayah paroki Pandu dari 6 blok (leider) menjadi 27 lingkungan masing-masing diketuai oleh ketua lingkungan. Setiap lingkungan wajib mengadakan pertemuan rutin bulanan.
7. 1978 – 1982 : Masa Jabatan Pastor Hans Van Doorn OSC
Pastor H. Reichert OSC dipindah tugaskan ke Katedral sehingga jabatan kepala paroki diserahkan kepada Pastor Hans Van Doorn OSC dibantu oleh Pastor Leo Van Beurden OSC. Disamping itu ada dua pastor lain yang tinggal di Paroki Pandu yaitu Pastor Mari Rooijakkers OSC dan Pastor M. A. W. Brouwer OFM. Jumlah umat katolik pada tahun 1979 tercatat 3.991 jiwa. Kegiatan-kegiatan lain yang ada pada masa ini :
- Long March by Night yang ditujukan bagi muda mudi, bertujuan untuk menggali tema “Panggilan” . Kegiatan ini dirintis oleh Pastor Leo Van Beurden OSC.
- Aksi Donor Darah yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik Komisariat Pandu bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia.
- Pekan Olah Raga Antar Lingkungan (PORAL) diprakarsai oleh Pastor Leo Van Beurden OSC, yang bertujuan untuk meningkatkan kekompakan umat Paroki Pandu melalui olah raga.
- Pagelaran Cantata, dipimpin oleh Bapak Ida Bagus Gede dalam rangka memperingati Santa Caecilia tahun 1982. Gereja Pandu adalah yang pertama mengadakan kegiatan Cantata.
Organisasi yang lahir pada masa ini adalah Presidium Penghibur Orang Berduka Cita dan organisasi bapak-bapak dengan namaPria Katolik Roh Kudus.
Bulan Oktober 1982, Pastor Hans Van Dorn OSC terpilih menjadi penasihat Magister General OSC sehingga beliau harus meninggalkan Paroki Pandu menuju Roma.
8. 1982 – 1983 : Masa Jabatan Pastor Leo Van Beurden OSC
Pastor Leo Van Beurden OSC memiliki banyak gagasan untuk mengembangkan Paroki Pandu, diantaranya adalah membentuk Badan Gereja dan Amal secara resmi dan menambah misa pada hari Minggu menjadi 5 kali termasuk misa Sabtu sore. Beliau juga menyarankan agar setiap lingkungan membentuk kelompok koor untuk mengisi misa.
Bulan Juli 1983 Pastor J. Souw Hong Goan OSC mulai membantu di Paroki Pandu, sementara Pastor Leo Van Beurden OSC cuti.
Pada tahun ini pula lahir presidium baru yaitu Presidium Bunda Rendah Hati untuk muda mudi di lingkungan Sukaraja – Komplek Husen Sastranegara. Kemudian dibentuk pula presidium khusus bagi para karyawan dengan pelindung Bejana Rohani.
9. 1984 – : Masa Jabatan Pastor J. Souw Hong Goan OSC
Kembali dari cutinya Pastor Leo Van Beurden OSC dipindahkan ke Katedral. Penggantinya adalah Pastor J. Souw Hong Goan OSC dibantu oleh Pastor Mari Rooijakkers OSC.
Disamping kesibukannya mengurus paroki, Pastor J. Souw Hong Goan OSC bertugas pula sebagai moderator Marriage Encounter Keuskupan Bandung dan sebagai ketua Panitia Kateketik Keuskupan Bandung.
Pastor J. Souw Hong Goan OSC berusaha melibatkan para anggota ME untuk berperan dalam gereja. Pada bulan Juli 1985 Pastor Herman Yoedianto OSC menjadi moderator Pemuda Katolik Cabang Bandung Komisariat Pandu serta membimbing organisasi kaum muda lain yang ada di Paroki Pandu. Sejak bulan September 1985 Pastor Agus Rahmat Widiyanto OSC datang membantu Paroki Pandu. Selain membantu Paroki Pandu, beliau bekerja sebagai dosen di Fakultas Filsafat & Teologi Unika Parahyangan.
10. Periode 1985-2009
Sejak tahun 1985-2009 para pastor yang melayani Paroki Pandu adalah Pastor Yosep Souw Hong Guan, Pastor Mari Roojakjers, Pastor Maman Suharman, Pastor Pastor Herman Judianto, Pastor Yosep Gandhi, Pastor Leo van Beurden, Pastor Y.C. Abu Kasman, Pastor Edwin Latumeten, Pastor FX. Rudiyanto Subagio. Sejak tahun 1999 Pastor Paroki dijabat oleh Pastor Agustinus Sudarno dan dibantu oleh Pastor Heri Kartono, Pastor Setevanus Budi Saptono, Pastor Rosaryanto, Pastor Laurentius Tarpin, Pastor Crispinus Budiman, Pastor Ignatius Purwo Suranto, Pastor Tarcisius Warhadi, Pastor Rob Stigter.
Pada akhir tahun 2008 umat paroki Pandu berjumlah 6308 orang yang terdiri dari 1514 kepala keluarga. Pada saat ini Paroki Pandu dibagi ke dalam 8 wilayah dan 41 lingkungan. Melalui pembagian ke dalam lingkungan-lingkungan, diharapkan umat dapat lebih merasakan persaudaraan dalam komunitas basis.
STASI – STASI
a. Gereja Caritas Wyata Guna
Di dalam kompleks Wyata Guna ada sebuah gedung gereja yaitu Gereja Caritas yang boleh digunakan oleh umat katolik dan Protestan. Gereja ini milik Wyata Guna dan didirikan dengan bantuan organisasi Christofel Blenden Mission – Jerman.
Sejak bulan Maret 1980, di Gereja Caritas diadakan misa terutama untuk umat katolik tuna netra yang tinggal di dalam kompleks Wyata Guna. Selain itu beberapa lingkungan yang dekat dengan Gereja Caritas dianjurkan untuk mengikuti misa di sana agar mengurangi kepadatan Gereja Pandu.
b. Gereja Santo Theodorus- Sukawarna
Bulan Agustus 1983 diperoleh izin pembangunan Gedung Serba Guna Sukawarna, yang sudah mulai direncanakan pada Januari 1980. Gedung Serbaguna di Sukawarna – Komplek Husen Sastranegara akan digunakan pula sebagai gereja bagi umat katolik di kompleks tersebut.
Gedung Serba Guna yang digunakan sebagai Gereja ini berkapasitas kurang lebih 350 orang. Pada awalnya Gereja Sukawarna merupakan stasi dari Gereja Pandu yang merupakan gabungan dari dua lingkungan yaitu Lingkungan Sukasari dan Sukaraja. Dewan Stasi Sukawarna dibentuk pada bulan Februari 1984. Gereja Sukawarna ini secara resmi diserahkan oleh Dewan Stasi Gereja Sukawarna kepada Paroki Pandu pada tanggal 16 Agustus 1985 serta diberkati oleh Bapak Uskup Mgr. A. Djajasiswaja Pr.
Pada saat ini stasi Sukawarna terdiri dari 12 lingkungan, yakni lingkungan Sukaraja, Cimindi Raya, Gunung Batu, Koprima-Boromeus, Maranatha, Cibogo, Mustang, Babakan Jeruk, Sukamulya, Mulyasari-Suka Damai, Resumi. Mulai tahun 2009, di Stasi Sukawarna dilayani misa harian pada tiap hari selasa dan kamis pagi.
Dinamika Pelayanan Pastoral Paroki Pandu
Paroki Pandu selalu berupaya untuk meningkatkan pelayanan pastoralnya baik pelayanan pastoral internal maupun pelayanan kepada masyarakat. Berkaitan dengan bidang pelayanan pastoral intenal, seperti Liturgi, Pewartaan, BIA/BIAR/ Kepemudaan dan Keluarga, dan kelompok basis, Paroki Pandu berusaha membuat liturgi yang menarik dan menyapa kehidupan umat. Dalam bidang liturgi, Paroki Pandu memiliki keunikan yakni memiliki Tim Misa Muda-Mudi (TM3) yang biasa melayani misa ketiga setiap bulan dengan menampilkan lagu-lagu liturgi dengan nuansa anak muda.
Mengingat jumlah frater Skolastikat OSC semakin berkurang dan pada tahun 2005 pendidikan para frater dipusatkan di Jalan sultan Agung 2, maka sejak tahun 2000 atas inisiatif Pastor Agustinus Sudarno OSC dibentuklah Pro Diakon Paroki Pandu yang bertugas membantu Pastor dalam membagi komuni kudus pada saat perayaan Ekaristi, (yang sebelumnya dilayani oleh para frater), membawa komuni kudus kepada orang-orang sakit dan melayani penguburan orang meninggal. Pada saat dibentuk ada sekitar 30 pro diakon yang dilantik oleh Bapak Uskup Bandung, Mgr. Alexander Djajasiswaja, Pr.
Sejak tahun 2007, setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at di perayaan ekaristi dilaksanakan dengan konselebrasi 3 imam. Hal ini menjadi daya tarik bagi umat dan sekaligus memberi kesaksian tentang persaudaraan dalam presbiterat. Sejak tahun 2007 di Paroki Pandu setiap Jum’at pertama diadakan adorasi Sakramen Maha Kudus dari jam 07.00 pagi sampai jam 17.00. Sejak tanggal 8 September 2009 di Paroki Pandu ada Adorasi Abadi sakramen Maha Kudus. Banyak umat yang datang beradorasi setiap harinya. hal ini menunjukan kecintaan umat pada Ekaristi.
Dalam bidang kemasyarakatan, pelayanan pastoral dikoordinir dibawah bidang Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kesehatan dan Pendidikan. Di dalamnya mencakup Balai Pengobatan, Koperasi, Bantuan sosial, baik yang sifatnya karitatif maupun pemberdayaan. Dalam upaya memberdayakan masyarakat ekonomi lemah, Koperasi Kredit Pelangi Kasih memegang peranan penting. Pada saat ini Koperasi Pelangi Kasih sudah memiliki anggota 375 orang dengan aset sekitar 1 M.
Dalam rangka membantu pengobatan kepada umat paroki Pandu yang kurang mampu dan sekaligus sebagai pelayanan kepada masyarakat kelurahan Pamoyanan, Paroki Pandu membuka Balai Pengobatan sejak tahun 2002. Pada tahun 2007 jumlah pasien yang datang berobat ke BP Pandu sekitar 11.973 orang. Pasien yang disubsidi berjumlah 984 orang. Selain pengobatan modern, Paroki Pandu juga menyelenggarakan pengobatan alternatif bersama Romo Loogman. Dalam rangka membantu meningkatkan kesehatan anak-anak, PSE membantu 5 Posyandu dan memberi tambahan gizi bagi anak-anak, serta memberi pelayanan kesehatan gratis setiap tahun bekerjasama dengan Kelurahan Pamoyanan.
Dalam rangka membantu mencerdaskan anak bangsa, Paroki Pandu dibawah PSE memberi bantuan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu. Mereka terdiri dari anak-anak yang beragama Katolik dan non Katolik. Pada tahun 2008, anak-anak yang dibantu biaya studinya berjumlah 231 orang. Selain itu, Paroki Pandu juga membantu anak-anak usia dini melalui PAUD yang bertempat di Stasi Sukawarna.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan, sejak kepemimpinan Romo Agustinus Sudarno, setiap tahun diadakan Rapat Kerja tahunan yang diikuti oleh Dewan Pastoral Paroki beserta seksi-seksinya. Melalui Raker ini DPP dan tiap seksi membuat rencana kegiatan dan sekaligus mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
Dengan berkembangnya umat dan kegiatan pastoral, maka kebutuhan akan ruangpun bertambah. Oleh karena itu, pada tahun 2008 dimulai pembangunan gedung pastoral yang diharapkan akan semakin meningkatkan jumlah dan mutu pelayanan pastoral. Pembangunan dilakukan dengan swadaya umat paroki Pandu, Ordo Salib Suci, dan donatur. Semoga dengan adanya tambahan fasilitas pelayanan pastoral, Umat Paroki semakin dapat menjadi Gereja yang hidup, mengakar, mekar dan berbuah, serta semakin dikenal dan dicintai oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian, kehadiran Umat Paroki Pandu dilihat bukan sebagai sosok asing, tetapi menjadi bagian integral masyarakat Bandung yang ikut peduli terhadap persoalan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar mencontoh Orang Samaria yang baik hati.
Dengan menyadari tantangan jaman kita sebagai umat Paroki Keuskupan Bandung dipanggil untuk membaca tanda-tanda jaman dan menginterpretasikannya dalam terang Injil sehingga pelayanan pastoral kita sungguh-sungguh dapat memenuhi kebutuhan umat dan dampaknya dapat dirasakan masyarakat sekitar. (disadur dan disarikan dari berbagai sumber oleh Laurentius Tarpin, OSC)
Sumber : http://pandu.katolik.or.id/about-pandu/lintasan-sejarah-paroki-pandu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar