Sabtu, 21 Januari 2012

Sejarah Gereja Katolik St. Servatius dan Sejarah Umat Kampung Sawah (12)


Pemberkatan Saung Maria oleh Monseigneur Julius Kardinal Darma Atmadja SJ

Kampung Sawah Emang Kagak Ada Matinya

Pastor pengganti Romo Kurris adalah Romo Y.E Heru Murcahyana SJ, imam muda yang dikenal juga dekat dengan umatnya. Ia banyak dibantu oleh Romo Antonius Soetanta SJ, pastor yang juga pemusik, pencinta anak, dan penggubah lagu.

Kemudian, Paroki Santo Servatius Kampung Sawah dikepalai oleh Romo Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ, seorang imam muda. Catatan sejarah terbaru yang patut ditoreh adalah pada tanggal 15 Mei 2005, ketika diadakan peresmian dan pemberkatan Saung Maria Fatima oleh Bapa Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ, bertepatan dengan pengumatan dimulainya “Perayaan Syukur 200 th Gereja Katolik di Jakarta”. . Perkembangan jumlah umat Katolik Kampung Sawah berdasarkan data statistik tahun 2005 adalah sekitar 6.500 orang. Paroki Kampung Sawah pun telah berkembang menjadi 8 wilayah dan 46 lingkungan.

Selain Saung Maria, Romo Hani banyak melakukan renovasi bangunan agar semakin dekat dengan budaya Betawi Kampung Sawah di antaranya, pagar depan gereja yang direnovasi dengan corak betawi, pembuatan Pusat Dokumentasi Betawi dan lumbung Betawi sebagai simbol budaya menabung. Budaya Betawi tak sekadar menjadi dasar sejarah Kampung Sawah, tapi budaya Betawi telah jalin-menjalin dengan kehidupan religi umat Kampung Sawah.

Saung di dekat pastoran untuk tempat ngobrol umat Lumbung sebagai simbol gerakan menabung

Perayaan akbar yang terkini adalah ketika pada tanggal 2 Juli 2006, umat Paroki Santo Servatius Kampung Sawah mengadakan Misa Syukur 200 tahun Gerja Katolik di Jakarta, di Buperta Cibubur, Jakarta Timur. Paroki Santo Servatius digembalakan oleh 3 romo, Romo Hani, S.J., Romo A.Sutanta, S.J dan Romo Irsan. Setelah era Romo Hani, pada tahun 2008, Romo Sarto Pandojo SJ memimpin paroki didampingi oleh Romo Rekan Dwi Kristanto SJ.

Perlu dicatat juga beberapa frater yang sempat berkarya di Kampung Sawah, yang kini telah menjadi Romo, yaitu Romo Dwiko SJ, Romo Windar Sj, Romo Michael Pr, dan masih banyak yang lain.

Mulai bulan Agustus 2009, Romo Kepala Paroki Santo Servatius adalah Romo Chris Purba SJ yang didampingi oleh Romo Rekan Agustinus Suharyadi SJ dan Romo Antonius Sutanta SJ. Mereka bertiga bergulat di Kampung Sawah yang "kagak ada matinya", menggembalakan 8.000 lebih umat yang terbagi menjadi 56 lingkungan.

Romo Johanes Fransiscus Chris Purba SJ

Memang, meski umat Paroki Servatius sangat beragam, terdiri dari etnis Jawa, Betawi, Flores, Tapanuli dan Batak, Tionghoa, Sunda dan etnis lainnya, namun tak dapat dipungkiri, perjalanan sejarah paroki sangat lekat dengan tanah dan manusia Betawi Kampung Sawah. Gereja Kampung Sawah. Gereja Allah.

(Selesai, untuk sementara)

“…darilah Kranggan ke Pasar Kecapi. Cik Abang mampir di Pondok Damai…Rajin sembahyang beramal bakti. Keluarga cik abang rukun dan damai..”[24]

Sumber utama: Terpencil di Pinggiran Jakarta karya R.Kurris, S.J. Wawancara dengan para tokoh/tetua di Paroki St.Servatius Kampung Sawah, dokumen-dokumen milik Paroki St.Servatius.

Sumber tambahan: Setajug Keriaan di Kampung Sawah, Gereja-Gereja Tua di Jakarta karya A. Heuken, S.J., Kontak, “Gereja Perintis Tertua”.

Tim Penyusun Sejarah Paroki:
Yosef Dwi Sulistiantoro
Barnabas Eddy Pepe
Christine Sutanto
Laurencia Yoanne
Yustus Saleh Samat
Aloisius Eko Praptanto

Pembuat pantun:
Alex Itjang, dkk.

Foto-foto:
Eddy Pepe,
Romo Kurris, S.J.

dan dokumentasi paroki.

Diolah kembali oleh:
Aloisius Eko Praptanto

Catatan Kaki:
[1] Sepangkeng: Pangkeng adalah tempat menyimpan beras,dan berbagai kebutuhan pokok yang penting. Pangkeng biasanya ada dalam bagian rumah dan tempatnya dianggap khusus.
[2] Karya Marsianus Balita.
[3] Sampai zaman Jepang para guru di daerah Kampung Sawah disapa dengan kata Engku, tapi kemudian kata itu diganti menjadi Bapak Guru.
[4] Maksudnya Roma Katolik.
[5] sejenis serangga kecil yang pada musim pohon rambutan berbunga suka mengitari kepala manusia
[6] Lentera minyak
[7] Dimuat dalam majalah Misi Fransiskan, Vrienden van Sint Antonius, 1935.
[8] topi laken ala Eropa
[9] Nantinya menjadi Poliklinik Melania
[10] Wak Boih kini menjadi aktivis di Krida Wibawa
[11] Ngelantur
[12] membendung sawah (rawa) menampung air bagai telaga kecil
[13] tempat ikan dari bambu bentuknya seperti bakul
[14] berjalan setengah berenang di air
[15] menanggok di kembengan sambil nguyur
[16] alat pancing yang ditancapkan di galengan.
[17] udang sawah dan ikan-ikan kecil yang dibersihkan lalu dicampur nasi dan garam dan difermentasikan. Biasanya digunakan sebagai campuran sayur seperti sayur cecek, sayur lompong, dan lain-lain.
[18] Eddy Pepe.
[19] Mantera ini kerap diucapkan oleh anak-anak Kampung Sawah saat memainkan gogolio.
[20] Pantun karya Alex Itjang dkk.
[21] Di sini saat ini berdiri Strada Nawar.
[22] Keranjang isi buah
[23] Pantun karya Bp Alex Itjang dkk.
[24] Lagu gerejawi bergaya Betawi berjudul Cik Abang Rajin Sembahyang karya Marsianus Balita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar