Sejarah
Keuskupan Malang muncul dalam sejarah, terikat dalam ruang dan waktu. Keuskupan Malang berada dalam konteks pertemuan Gereja Katolik dengan bangsa, suku, budaya, keadaan sosial-politik-ekonomi wilayah teritorial yang mencakup eks karesidenan Malang, Besuki. Sebagai Paguyuban Umat Allah terbuka dan memasyarakat, Gereja Katolik Keuskupan Malang perlu memiliki kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat di sini, untuk masa sekarang dan masa mendatang.
Rintisan jalan Kerajaan Allah di bagian timur Jawa sudah dimulai pada tahun 1580, ketika kapal bangsa Portugis karena badai berlabuh di Panarukan. Tidak jelas apakah waktu itu sudah ada usaha pewartaan, sebab kunjungan bangsa Portugis yang membawa Pastor Bernardino Ferrari singkat saja. Mereka meninggalkan Panarukan dan berlayar ke Maluku. Beberapa tahun kemudian Romo-romo dari Ordo Dominikan mencoba berkarya menyebarkan Injil di antara Panarukan dan Banyuwangi. Tercatat nama-nama Romo Emmanuele, Pascuale, Pietro dan Giorgio. Tidak ada keterangan, mengenai hasil karya Ordo Dominikan di abad 16 itu, hingga kabarnya mereka ditarik ke Malaka, meninggalkan salah seorang yaitu Pascuale sebagai martir.
Serikat Jesus (SJ), 1800 – 1923
Sejak permulaan 1800-an Romo-romo Serikat Yesus mulai berkarya di Surabaya (Romo H. Waanders, 1810). Mereka berusaha mengunjungi daerah-daerah utara, antara lain Pasuruan. Kronik Sejarah Misi mencatat kedatangan Romo Van der Elzen SJ dan Romo Palinckx SJ, pada tahun 1850 dan seorang awam, A.M. Anthonijsz pada 1895 menyumbangkan sebuah gereja kecil yang hingga sekarang masih dipakai, Gereja St. Antonius Pasuruan. Romo G. Jonckbloet SJ merupakan misionaris pertama yang mengolah Malang sebagai ladang Tuhan sejak 1896. Ia membuka paroki Malang yang berkedudukan di Kayutangan, 2 Juli 1896, dan mendirikan Gereja Hati Kudus. Dari sini gerakan misi merembes ke Lawang, tempat sebuah gereja pembantu didirikan pada 1915. Pada tahun 1900 Ordo Suster-suster (OSU) membangun rumah biara di Celaket, Malang, dan membuka sekolah (Cor Jesu) yang sampai saat ini masih bekerja. Karya para romo Serikat Jesus diakui sebagai fondasi misi di Malang, yang terentang antara Gereja Hati Kudus Kayutangan, Lawang, dan Gereja Antonius-Pasuruan. Dari 1896 hingga1923 tersebut pula nama Romo Van Meurs SJ, Romo Opdenkamp SJ, Romo Van Meerwijk, dan Romo Korndorffer SJ.
Ordo Karmel (O, Carm), mulai 1923
Romo-romo Karmelit masuk Malang pada tahun 1923. Di aula sekolah Ursulin, Celaket, suatu resepsi penyambutan kedatangan Romo Sondaal, O. Carm, Romo Fisscher, O. Carm dan Romo Van den Hewrd, O. Carm, diadakan pada 4 Juni 1923. Merekalah yang melanjutkan karya Romo-romo Serikat Jesus yang ditarik ke Batavia (Jakarta) dan Jawa Tengah, menebar benih Kerajaan Allah, resminya pada 1 Agustus 1923. Dari poros Kayutangan, Lawang, Pasuruan selanjutnya Romo Van der Pas, O. Carm, Romo Henckens, O. Carm dan Brenkel, O. Carm bergerak ke seluruh wilayah Residen Malang (waktu itu), antara lain mendirikan gereja Probolinggo (1924), gereja Balearjosari di malang selatan atas bantuan Bapak Blijdenstein, administratur kebun wilayah itu (1925). Romo Van der Pas bahkan menyeberang dari Probolinggo ke Madura (Sumenep) pada tahun 1927. Sementara itu terjadi gelombang perpindahan penduduk dari Kalibawang, Kulonprogo, Boro Jawa Tengah ke perkebunan-perkebunan sepanjang pantai selatan Jawa-Timur. Di antara mereka adalah orang-orang Katolik generasi pertama yang dibaptis sejak 1904. Umat awam ini ikut serta menebarkan benih Kerajaan Allah ditempat-tempat baru seperti Sumberjati dan Glagahagoeng, selatan kota Banyuwangi, dan Sukoreno (antara Lumajang-Jember), menyiapkan lahan bagi karya misi di wilayah ujung timur Jawa yang waktu itu termasuk kekuasaan adminiitrasi Residen Besuki.
PERFEKTUR APOSTOLIK
Pada bulan April 1927 secara administrasi status wilayah Misi Malang diubah menjadi Prefektur Apostolik. Dengan perubahan status ini segala kegiatan penyebaran dan pengembangan iman katolik dilepaskan dari tanggungjawab Gereja Katolik Belanda dan diambil alih oleh Vatikan, Roma. Romo Clemens vander Pas, O. Carm ditunjuk menjadi pemimpin ditempat setara uskup (prefek), diteguhkan dengan tahbisan oleh Mgr APF Van Velzen SJ, Uskup Jakarta (Batavia). Peristiwa itu dianggap titik tolak keberadaan Keuskupan Malang.
Garis Besar Lintas Sejarah:
* 1534 Awal resmi misi Indonesia: Pembaptisan orang pribumi pertama di Moro, Halmahera Utara. Abad XVII-XVIII Penghambatan karya misi katolik oleh Veregnigde Oost-Indische Compagnie. 1580 Kapal Portugis berlabuh di Panarukan, Situbondo karena badai.
* 1807 Gereja Katolik diperkenankan melaksanakan karya misi lagi oleh raja Lodewijk Napoleon. Prefektur Apostolik Batavia didirikan.
* 1826 Seluruh Hindia Belanda ditempatkan dibawah yurisdiksi Prefek Apostolik Batavia oleh Konggregasi Penyebaran Iman.
* 1842 Prefektur Apostolik Batavia diangkat menjadi Vikariat Apostolik Batavia.
* 1859 Serikat Yesus melayani seluruh Hindia Belanda.
* 1895 Gereja St. Antonius, Pasuruan.
* 1897 Gereja Hati Kudus Yesus, Kayutangan, Malang
* 1900 Serikat Yesus memusatkan karyanya di pulau Jawa, tetapi masih berkarya di Nusa Tenggara, khususnya Flores dan Timor, sampai kawasan ini diambil alih oleh SVD tahun 1914.
* 1902 Awal penyempitan wilayah Vikariat Apostolik Batavia dan pembagian wilayah-wilayah yang kemudian menjadi keuskupan-keuskupan di Indonesia.
Perjalanan sejarah gereja Katolik Jawa Timur melalui:
a. Gelombang masuknya para pengusaha perkebunan tebu, teh, kopi, tembakau, cokelat di wilayah Jawa Timur. Salah satu pimpinan pabrik gula membuka stasi di daerah Malang bagian Selatan dan mempekerjakan orang-orang Katolik dari Kalibawang, daerah lumajang dan Banyuwangi. Stasi yang berkembang antara lain Sukoreno, Curahjati.Mereka didatangkan dari kalibawang pada tahun 1924.
b. Guru-guru dari Muntilan dan Ambarawa datang ke kota Malang dan kota-kota lain dengan prioritas perhatian pada pendidikan putra-putri pribumi, Tionghoa dan pendatang dari Eropa.
c. Para pedagang Tionghoa yang cukup mewarnai paroki di kota.
* 01-08-1923 Penyerahan dari misi di Malang Serikat Jesus ke Ordo Karmel
* 27-04-1927 Prefektur Apostolik Malang.
* 15-03-1939 Vikariat Apostolik Malang.
* 03-01-1961 Dari Constitutio apostolica ’quod Christus’ Paus Yohanes XXIII Vikariat Apostolik Malang menjadi Keuskupan Malang
* 24-27 JULI 2002 Sinode Keuskupan Malang
REFLEKSI SINODE KEUSKUPAN MALANG ATAS SEJARAH
1. SECARA KONTEKSTUAL MENYATU DENGAN MASYARAKAT.
’Katolik’ berarti ’ universal’, artinya tak terikat pada budaya tertentu, melainkan bersedia diperkaya dan memperkaya lingkungannya, bahkan menyatu dengan masyarakat setempat. Adapun lingkungan Indonesia pada umumnya dan wilayah Keuskupan Malang pada khususnya bercirikan kemajemukan. Antara lain, terdapat aneka suku bangsa serta kebudayaannya, aneka agama dan aliran kepercayaan, aneka lapisan masyarakat. Gereja memahami diri sebagai sakramen, artinya sebagai tanda dan sarana keselamatan seluruh umat manusia (bdk. LG 1).
2. MAKIN PEKA TERHADAP KEBUTUHAN MASYARAKAT.
Keuskupan Malang adalah Gereja partikular, Umat Allah yang terbuka bagi lingkungannya dan berupaya memasyarakat sekarang dan di sini, antara lain dengan meningkatkan kepekaannnya terhadap kebutuhan dasar masyarakat.
3. PERANSERTA KEUSKUPAN MALANG DALAM UPAYA MENCERDASKAN BANGSA.
Sejak awal dengan karya persekolahannya Gereja berperanserta dalam upaya mencerdaskan bangsa, yang dicita-citakan oleh gerakan kebangkitan nasional, dan kemudian disadari peran pentingnya dalam mengisi kemerdekaan. Kini dengan meningkatnya arus globalisasi juga perlu ditingkatkan kualitas pribadi denganmemperdalam dan memperluas upaya pendidikan itu.
4. PERAN SERTA DALAM PELAYANAN KESEHATAN.
Juga di bidang pelayanan kesehatan Gereja berperanserta secara aktif, tidak hanya dengan memperhatikan aspek-aspek profesional, melainkan juga aspek-aspek etis dan kemanusiaan. Beberapa hal yang patut lebih dieprhatikan dewasa ini ialah: pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi ekbanyakan orang: kode etik, aspek etis dan spiritualitas pelayan kesehatan.
5. PERHATIAN BAGI MANUSIA SEUTUHNYA SEJAK AWAL KEUSKUPAN MALANG.
Perhatian Gereja Keuskupan Malang terhadap manusia seutuhnya nyata antara lain dari prakarsa Prefek Apostolik pertama, Mgr. Clemens van der Pas O, Carm, yang mengundang Konggregasi Misericordia untuk melayani bidang kesehatan. Kiranya pelayanan ini perlu dikembangkan lebih lanjut.
6. STASI-STASI SEBAGAI CIKAL BAKAL PAROKI.
Pendirian paroki tak lepas dari stasi-stasi sebagai cikal bakalnya berkat pelayanan para misionaris, meskipun ada juga stasi yang lenyap entah karena umatnya pergi, entah karena kurang diperhatikan. Hanya sebagai contoh konkret: Beberapa stasi yang berkembang, misalnya stasi Jajag, stasi Ambulu, stasi Japanan, stasi Kraksaan, stasi Dampit, stasi Kedungrejo, stasi Pronojiwo, stasi Landungsari, stasi Sengkaling, stasi Asembagus, stasi Panarukan, stasi Besuki, stasi Muncar, stasi Pasanggaran, dari 107 stasi.
7. PUKULAN BERAT PADA JAMAN JEPANG.
Keuskupan Malang mengalami pukulan berat di jaman Jepang karena para misionaris diinternir. Tetapi dalam keadaan sulit itu ada beberapa tokoh yang melanjutkan pelayanan pastoral, antara lain: Romo G. Singgih, O. Carm, Romo A. Gondowardoyo, O. Carm, Mere Laurence, OSU.
8. PERSEKOLAHAN DAN KARYA PASTORAL LAIN.
Di jaman Vikariat Apostolik didirikan banyak sekolah yang telah amat berjasa, tetapi dewasa ini kiranya juga perlu lebih diperhatikan bidang-bidang pastoral lain, mengingat keperluan umat dan masyarakat di waktu mendatang.
9. BELAJAR DARI SEJARAH.
Kiranya bebarapa gejala perlu mendapat perhatian besar. Mobilitas tinggi masyarakat dengan aneka dampak atas bidang sosial, ekonomis, dan urbanisasi; Meningkatnya kepekaan dan kepedulian sosial serta solidaritas umat; Persaudaraan sejati yang dikembangkan aneka pihak dan makin meluas; Harapan maysarakat untuk keluar dari krisis ekonomi dan mengentaskan kemiskinan; Kebhinekaan suku dan budaya dalam masyarakat.
10. UPAYA MEMBERDAYAKAN UMAT.
Kiranya upaya-upaya karitatif (yang memang tetap perlu) tak mencukupi. Perlu ada uapaya-upaya untuk memberdayakan umat, seperti dahulu sesuai dengan jamannnya (dilakukan Pater Van Lith SJ) agar dapat berperan dalam masyarakat.
11. MEREKA YANG BELUM TERJANGKAU.
Gereja sebagai sarana dan tanda keselamatan universal (LG 1) seharusnya menjangkau segala bangsa dan suku bangsa. Tetapi ada sejumlah suku di wilayah Keuskupan Malang yang belum tersentuh, maka perlu diusahakan agar para petugas pastoral lebih mengenal mereka, budaya dan bahasanya.
12. DIPERKOTAAN DAN PEDESAAN
Kabar baik dimaksudkan bagi semua. Tidak cukup hanya menyapa orang-orang diperkotaan, melainkan juga perlu menyapa mereka yang berada dipedesaan. Diharapkan agar pemberdayaan komunitas basis insani juga dapat mempunyai dampak positif atas penyebaran Kerajaan Allah.
GAMBARAN GEREJA KEUSKUPAN MALANG DEWASA INI
KONTEKS ASIA
Harapan besar diarahkan kepada Gereja di Asia. Sumbangan yang khas dan tanggung jawab di masa mendatang baik dalam konteks Asia maupun visi Katolisitas .
* Benua terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak dengan segalapermasalahannya: toleransi-intoleransi, kekayaan alamkemiskinan,masyarakat kota-pinggiran, pengangguran, persoalan HAM Gender.
* Tempat kelahiran agama-agama besar dengan tradisi budaya yang tinggi: heterogenitas dan pluralitas yang tinggi.
* Perubahan peta politis kenegaraan.
* Keanekaka ragaman dampak modernitas: ideologi perkembangan yang terpacu dengan cepat: sekularisasi, materialisme,konsumerisme sekaligus kecenderungan fundamentalisme.
* Pengaruh pola sudut pandangan yang masih kuat setelah runtuhnya ideologi komunisme: Timur-Barat. Gereja masih dipandang sebagai warisan Barat.
* Sumbangan Gereja: berada bersama (companionship), pembaharuan motivasi berdasar pengalaman iman yang kaya akan tradisi spiritualitas, keberanian paritisipasi umat untuk membagikan tak sekedar menerima dan merayakan iman, peranana orang kristianis yang terbentuk dan terdidik sebagai penginjil bagi rekan sebaya.
KONTEKS KEUSKUPAN MALANG
GEOGRAFIS:
Keuskupan Malang meliputi bagian timur Propinsi Jawa Timur:
1. Wilayah Pembantu Gubernur (Eks Karesidenan) Malang meliputi:
* Kotamadya dan Kabupaten Malang.
* Kota Batu.
* Kotamadya dan Kabupaten Pasuruan.
* Kotamadya dan Kabupaten Probolinggo.
* Kabupatenj Lumajang.
2. Wilayah Pembantu Gubernur (Eks Karesidenan Besuki) meliputi:
* Kabupaten dan Kotif Jember.
* Kabupaten Bondowoso.
* Kabupaten Situbondo.
* Kabupaten Banyuwangi.
3. Wilayah Pembantu Gubernur (Eks Karesidenan Madura) meliputi:
* Kabupaten Bangkalan.
* Kabupaten Sampang.
* Kabupaten Pamekasan.
* Kabupaten Sumenep.
Demografis:
Jawa Timur merupakan penduduk paling padat sebagai propinsi Indonesia.
Sosioreligius:
1. Mayoritas penduduk beragama Islam dengan sentra-sentra pendidikan islam: pesantren-pesantren dan pengaruh panutan keagamaan (kyai) yang sangat tinggi dan bertumbuhnya iklim kaum intelektual Islam khususnya di kalangan kaum muda Islam.
2. Banyaknya sekte Kristen dengan Kota Malang sebagai pusat pendidikan evangelis.
3. Iklim FKUB yang cukup membantu persoalan hubungan antar keagamaan.
Sosiokultural:
1. Sebagian terbesar keberadaan gereja Katolik berada di kota.
2. Kecenderungan urbanisasi dari desa ke kota, termasuk juga warga potensial di gereja pedesaan.
3. Multikultural umat: Jawa, Tionghoa, Flores, Kalimantan, Papua dll.
4. Pengaruh modernisasi-global dalam pola hidup.
Sosioekonomi:
1. Umat terdiri dari pegawai negeri, petani, pedagang, sebagian besar sebagai karyawan
2. Kesenjangan masih menjadi faktor kerawanan.
BIDANG PERHATIAN KEUSKUPAN MALANG
PAGUYUBAN
Faktor Sejarah:
* Dulu: Agama KAtolik dikenal sebagai agama pendatang, agama penjajah. Dengan latar belakang para misionaris memakai jalur yang dipakai para pendatang dari Eropa. Pelayanan lebih terfokus untuk pelayanan warga Katolik Eropa yang bekerja di pemerintahan kolonial, sektor perkebunan dan militer.
* Sekarang: Faktor kebersamaan yang dihayati masyarakat agamis menjadi landasan pembangunan Komunitas Basis yang terbuka dan memasyarakat.
Wujud:
* Membangun diri sebagai komunitas partisipatif.
* Penumbuhkembangan sensus ecclesiae.
* Pastoral umat dengan menumbuh kembangkan iman yang mendalam, yang dewasa dan mandiri,berakar pada budaya setempat,imana yang menggereja, iman yang memasyarakat dan misioner-dialogial.
* Lingkup Keuskupan, Paroki, Wilayah/Stasi/Blok/ Kelompok Kategorial-fungsional, Komunitas, Keluarga,persaudaraan-dialog dengan umat Kristen-Potestan, Islam dan umat beragama lain termasuk aliran kepercayaan.
* Hidup berbangsa dan bernegara: Kesadaran Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi negara yang menyatukan sekaligus kesadaran akan tipisnya penghayatan ’kebhinekatunggalikaan’ )
PEWARTAAN
* Acuan: Mrk 16,15: Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk’; Allah menghendaki agar semua manusia diselamatkan (AG 7).
* Dilaksanakan dengan menjadi kawan dan mitra yang berbela rasa dengan semua orang dalam perjalanan menuju kepenuhan hidup dalam Kerajaan Allah.
* Dilaksanakan secara berkesinambungan melalui dialog: dengan iman kepercayaan lain, kaum miskin dan kebudayaan setempat.
* Dibutuhkan kemampuan membaca tanda-tanda jaman dan kesaksian hidup.
* Dibutuhkan katekese yang berkesinambungan: bina usia dini, bina iman, anak, bina iman remaja, bina iman umat dewasa.
* Pemanfaatan peluang katekese: Masa Katekumenat, Kotbah, Pendalaman iman, masa liturugis gerejani.
LITURGI
Perhatian dan pengertian lebih besar yang terwujud dalam:
* – Kebiasaan mempersiapkan diri secara lahiriah dan batiniah.
* – Kinerja yang baik dari pemimpin dan petugas.
* – Sarana memadai.
* – Peluang untuk perayaan yang inkulturatif dan kategorial.
Untuk itu diperlukan katekese liturgi, teladan, suasana danpendidikan liturgi untuk: pemahaman liturgi, pengadaan petugas, pengkajian.
KESAKSIAN
* Pengedepanan nilai: keteladanan, kritis-profetis, kesetiaankonsistensi,keadilan,cinta, kejujuran, pemebabasan.
* Menghindari yang hal-hal (gaya hidup,penampilan diri, kegiatan, fasilitas,gedung)dapat merugikan wajah gereja dalam masyarakat.
* Pemanfaatan media massa.
* Memfasilitasi individu dan kelompok melalui talenta atau karyakhusus yang dapat menyebarkan nilai Injili.
PELAYANAN
* Pelayanan sebagai ungkapan dan sarana perwujudan karisma dan kesaksian kristiani baik
* Dibidang: pendidikan, kesehatan, sosial-kemasyarakatan, komunikasi masal, pastoral dan pendampingan kaum muda.
* Perlunya pembekalan semangat pelayanan untuk pengemban profesi dan pejabat.
KEPEMIMPINAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA
* Partisipasi umat dalam tritugas Kristus dalam kepemimpinan partisipatif dalam gereja.
* Kepemimpinan gerejani: visi dan seni leadership yang memperhatikan aturan main manajemen, kesekretariatan-kearsipan yang memadai.
* Kinerja sesuai dengan program kerja dan berpedoman pada kepentingan umum..
* Prinsip subsidiaritas.
* Peta kebutuhan tenaga, penelitan, pengembangan SDM dengan:
a. integritas, komitmen dan dedikasi.
b. Pendidikan/pengetahuan yang memadai.
c. Kemauan/kesanggupan yang stabil.
d. Kemampuan profesional.
e. Perhatian penyegaran petugas pastoral dan kesejahteraan karyawan.
PRIORITAS PERHATIAN
KARYA PASTORAL PENDIDIKAN
* Peningkatan mutu dan kualitas pribadi, selain pencerdasan bangsa.
* Perhatian kepada jenis pendidikan yang memadai kebutuhan lokal dan melibatkan partisipasi umat setempat.
* Karya pendidikan non formal yang menekankan nilai-nilai kristiani untuk pembebasan dari ketertindasan.
* Peningkatan dan dukungan terhadap karya sekolah yang telah ditangani lembaga relijius.
* Karya sekolah yang dikelola keuskupan lebih menjangkau masyarakat yang kesulitan baik soal beaya atau lokasi yang berjauhan.
KARYA KESEHATAN
* Sebagai mitra pemerintah dalam karya pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat kebanyakan.
KARYA EVANGELISASI
* Stasi sebagai cikal bakal dari pertumbuhan paroki.
* Kunjungan keluarga, kunjungan stasi terutama yang jauh dari pusat paroki menjadi salah satu kekuatan jemaat untuk bertahan dan berkembang.
* Pengoptimalan panggilan Imam Diosesan, perberdayaan Awam Pemuka Jemaat dan Religius.
* Karakateristik masyarakat Jawa Timur: mobilitas tinggi, sikap kepedulian-solidaritas tinggi, persaudaraan lintas agama, harapan untuk gerakan peduli pengentasan rakyat kecil, budaya-adat istiadat setempat. Kultur: Jawa?, Osing(Banyuwangi), Madura (Pulau Madura dan masyarakat pinggiran kota di Jawa Timur, Tengger (perbukitan Bromo- Semeru), Mandarin.
* Pewartaan yang inovatif dan kontekstual
KARYA J & P
* Pelayanan secara integral terhadp kaum mistin dan membelea yang tertindas.
* Promosi kemanusiaa yang menjunjung HAM
HUBUNGAN DENGAN AGAMA LAIN
* Dialog, terbuka, mendengar, menghormati yang berkeyakinan lain (NA2).
* Menggalang persaudaraan sejati dan menjalin kerja sama yang berkehendak baik untuk menegakkan komunitas insani yang dijiwai kedamaian, keadilan dan cinta kasih.
Sumber : http://keuskupan-malang.web.id/?page_id=8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar