Selasa, 05 Juni 2012

Sejarah Singkat Gereja St. Yusup Ambarawa

Berawal dari Tahun 1808.
8 Mei 1807 Prefektur Apostolik Batavia berdiri. Tahun 1808 datang ke Indonesia 2 imam praja dari Belanda. Tanggal 27 Desember 1808, Gubernur General Deandels memutuskan dengan beslit bahwa Pastor Lambertus Prinsen Pr, menjadi pastoor di Semarang. Esoknya, 28 Desember 1808, Pastor Prinsen tiba di Semarang. Sejak itu Semarang menjadi stasi. Sehubungan dengan itu, pada 29 Januari 1809 dibentuklah suatu “Kerkeraad” (sekarang PGPM). Karena belum mempunyai tempat sendiri, misa selalu diselenggarakan di gereja Protestan, yang sekarang dikenal dengan gereja Blenduk.

Baptisan pertama terjadi pada 9 Maret 1809. Selama tahun 1809 tercatat 14 orang yang dibabtis. Tahun-tahun berikutnya baptisan mengalami perkembangan: tahun 1810 sebanyak 31 orang, tahun 1811 dibaptis 17 orang. Bahkan pada tahun 1812 sebanyak 133 orang dibaptis di beberapa tempat, seperti di Semarang, Salatiga, Klaten, Yogyakarta. Tahun 1813 tercatat ada di Rembang, Jepara, Tegal, Pemalang. Tahun 1815 mulai ada warga katolik yang menyediakan rumahnya untuk misa. Tanggal 7 Agustus 1815 untuk pertama kalinya Misa dapat dilakukan di rumah sendiri. Sejak itu misa dirayakan di rumah warga tersebut. Tahun 1822 Pastoor Prinsen membeli rumah besar. Rumah itu digunakan sebagai gereja dan tingkat atas digunakan untuk pastoran. Tepat 1 Agustus 1824 diselenggarakan pertama kali misa di “gereja” sendiri.

Semenjak kedatangan 2 imam tersebut, selama 50 tahun lebih lamanya imam-imam sekulir dari Belanda bekerja di seluruh Indonesia. Jumlah mereka tidak pernah lebih dari 10, seringnya 3 – 4. Melihat situasi tersebut, Mgr. Vrancken mengundang imam-imam dari tarekat-tarekat. Ordo Jesuit menerima undangan misi tersebut dan tahun 1859 datanglah 2 pastor Jesuit. Mereka ditempatkan di Surabaya. Dalam usaha memiliki gereja sendiri, bulan Oktober 1859 Pastor J. Lijnen Pr, memulai pengumpulan dana. Melihat situasi tersebut, tahun 1860 pemerintah memberi Gereja Misi sebidang tanah.

Di tahun 2 Agustus 1859 tersebut, bagian tenggara stasi Semarang mulai dipisah. Berdirilah Gereja Ambarawa yang menjangkau wilayah; Ambarawa, Salatiga, Solo, Madiun, Pacitan. Pada tahun 1862 sudah ada Jesuit Yohannes F van der Hagen, SJ yang ditempatkan bertugas di Ambarawa dan Yogyakarta. Tahun 1865 stasi kedua dipisahkan dari Semarang. Berdirilah Gereja Yogyakarta dengan wilayah Yogyakarta, Kedu, Bagelen, Banyumas. Tahun 1865 pastoor J. Lijnen Pr pergi ke negeri Belanda untuk mencari tenaga bantuan dan 2 tahun kemudian kembali ke Semarang bersama-sama suster Fransiskanes. Pada awalnya, suster-suster tersebut menangani panti asuhan Gedangan.

Tanggal 1 Oktober 1870, Pastoor J. Lijnen melakukan peletakkan batu pertama guna mengawali pembangunan gedung gereja St. Yusup di atas tanah pemberian pemerintah. Menjelang selesainya pembangunan, bulan Mei 1873 gereja yang sudah setengah jadi tiba-tiba roboh. Selanjutnya dilakukan perbaikan. Tanggal 12 Desember 1875 bangunan gereja tersebut diberkati Pastoor. J. Lijnen. Tahun 1876 sudah ada Jesuit yang ditempatkan bertugas di Semarang untuk membantu pastoor diosesan.

Tanggal 10 Juni 1882 Pastor Lijnen meninggal dunia dan digantikan oleh Pastor J. De Ories SJ. Maka sejak tahun 1882 stasi semarang diserahkan pada paderi-paderi Jesuit. Pastor J. De Ories SJ kemudian ditunjuk sebagai Superior para Jesuit, dengan demikian pusat pimpinan para Jesuit pindah ke Semarang.

Tahun 1888 suster-suster Fransiskanes mendirikan sekolah SD St. Maria di Gedangan. Tahun 1894, 2 orang Protestan, Pak Johanes dan Pak Andreas Martaatmadja, menjadi Katolik. Karena mahir berbahasa Melayu dan Jawa, mereka menjadi guru bahasa antara paderi-paderi Belanda dengan bangsa Jawa. Tak lama kemudian kepala kampung dan beberapa guru Protestan menjadi Katolik.Di Ambarawa, Pati, Kudus, Purwodadi, dsb juga ada orang-orang yang masuk menjadi Katolik. Hingga tahun 1895 di Semarang dan sekitarnya sudah ada 235 orang Katolik. Di tahun 1896 datanglah Pastoor F. Van Lith dan Pastoor Petrus Hoevenaars ke Gedangan. Beberapa lama di Gedangan, Pastoor Van Lith sibuk dengan belajar bahasa Jawa. Mulai 1899 mereka berkarya di Mendut dan Muntilan. Tanggal 22 Desember 1897 berdiri MC atau Konggregasi Maria.

Sumber : http://gedangan.com/index.php/story/47-sejarah-singkat
Gambar : http://albertusgregory.blogspot.com/2011/12/blog-post.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar