Selasa, 25 September 2012

Sejarah Berdirinya Gereja Sakramen Mahakudus Surabaya

Uskup Surabaya Mgr. A.J. Dibjokaryono, Pr., dalam sambutan pemberkatan Gereja Salib Suci – Tropodo pada tanggal 16 Nopember 1988, memberi sebidang tanah di daerah Pagesangan bagi Paroki Gembala Yang Baik dengan kepercayaan khusus, yakni kemungkinan pembangunan gereja yang baru di desa Pagesangan, Surabaya; di sebelah barat rel Kereta Api Surabaya - Malang.

Tanah yang berukuran kurang dari 7.000 m2 itu ternyata lebarnya kurang strategis. Akhimya Dewan memutuskan membeli tanah lain di sekitar wilayah itu. Bpk F.X Partrosto menceritakan bahwa proses tersebut dilalui dengan pengalaman-pengalaman sulit.

Izin bangunan mulai dirintis bulan Juli 1990. Pada tanggal 31 Januari 1991, permohonan panitia untuk pembangunan gereja ditolak untuk ditandatangani. Alasannya tempat itu direncanakan untuk pembangunan perumahan. Pada tahun 1992, terjadi mutasi pada tingkat Pemerintah Daerah Kotamadya Surabaya, maka panitia kembali mengajukan permohonanan pendirian Rumah Ibadat yang sangat dibutuhkan ini. Tanggal 17 Agustus 1991 - ketika Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-47, gereja di wilayah ini kembali mencatat pengalaman pahit, yakni bahwa untuk kedua kalinya surat permohonan pendirian rumah ibadat ditolak.
Menyadari situasi sulit ini dan berusaha memahami alasan yang diberikan akhirnya Panitia dan Dewan menetapkan untuk kembali ke tanah awal yang disiapkan Bapak Uskup dengan membeli lagi tanah di sampingnya. Perjuangan yang panjang dan berat itu akhirnya mulai mendapat titik terang. Pada tanggal 23 Februari 1996, keluarlah surat IMB dengan No. 188/426.91/402.09/96. Pembangunan fisik gereja pun mulai diwujudkan. Kegiatan pembangunan ini terpaksa dihentikan sementara sampai adanya jalan pemisah dengan lokasi pembangunan Masjid Al Akbar Surabaya yang letaknya berdampingan dengan gereja.

Gereja mulai difungsikan pada tanggal 19 April 1998, dengan misa perdana yang dipimpin Pastor J. Heijne, SVD sendiri. Sejarah indah ini patut kita kenang, pada tanggal 10 Nopember 2000, Presiden Republik Indonesia - K.H. Abdurrahman Wahid bersedia meresmikan gereja, sesudah beliau meresmikan Masjid Al Akbar Surabaya.

“Hendaknya umat Katolik tidak berkecil hati dalam menghadapi segala situasi dan persoalan, sebab bangsa kita memang sedang dalam proses belajar.” (sambutan peresmian tgl 10 Nopember 2000).

Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta, Pr., dalam perayaan Ekaristi Kudus tanggal 7 Januari 2001, memberikan dan mengangkat status gereja ini dari stasi menjadi paroki. Gereja yang berdiri indah dibawah jalan tol itu diberi nama: “Gereja Sakramen Maha Kudus”.

Pastor paroki pertamanya, Romo Sonny Keraf SVD, romo asal Lamalera, Flores Timur. Lagi-lagi orang Flores mendapat kepercayaan di kota sebesar Surabaya.

MAS & Paroki Sakramen wujud Lakum Diinukum Waliyadiin

Kalau bisa hidup berdampingan, kenapa harus bertikai? Kalimat, 'Lakum Diinukum Waliyadiin,' memiliki makna yang luar biasa untuk memahami toleransi umat beragama. Terlebih lagi, sebagai bangsa Indonesia yang memiliki lima agama, tentunya toleransi sangat diperlukan.

Untuk memahami kalimat, Bagimu agamamu dan bagiku agamaku, agaknya kita bisa belajar dari dua tempat ibadah berbeda agama namun bisa hidup dengan rukun dan damai.

Adalah Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) dan Gereja Paroki Sakramen Mahakudus yang sama-sama berdiri bersebelahan di Jalan Pagesangan Baru. Istimewanya, kedua tempat ibadah yang berdiri megah ini, sama-sama mendapat persetujuan dari mantan Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Almarhum Cak Narto (H Soenarto Soemoprawiro) dengan peletakkan batu pertama oleh Wakil Presiden RI H Try Sutrisno pada bulan Agustus 1995. Sedangkan pembangunannya, dimulai sejak September 1996.

10 Nopember 2000, MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus diresmikan secara bersamaan oleh Almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang saat itu masih menjabat sebagai presiden ke empat RI.

"Memang, kedua tempat ibadah ini disepakati berdiri dan diresmikan secara bersamaan, sebagai simbol kerukunan umat beragama di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Kenapa demikian, agar bangunannya sama-sama tinggi, sama-sama rendah, karena inilah wujud kebersamaan sebagai negara yang saling menghormati antar pemeluk agama," terang Ketua Bidang Kerosulan Paroki Sakramen Mahakudus Josaphat Haryono, Sabtu (8/9).

Bahkan, lanjut dia, tak jarang kami saling bahu membahu untuk membantu satu sama lain. "Misalnya ketika kita mengadakan acara Misakudus, karena jemaatnya bejibun dan tak ada lahan parkir, pihak Masjid Agung (MAS) bersedia meminjamkan lahan parkirnya. Dari GP Ansor juga ikut membantu dalam soal keamanan. Kalau dulu, saat peresmian, PDIP juga ikut membantu keamanannya," kata dia bercerita.

Sekadar informasi, sebagai pemekaran Paroki Yohanes Pemandi dan Paroki Gembala Yang Baik, paroki ini dibangun berkat kerja keras Romo Johanes Heijne SVD. Proses perizinan panjang dan berliku, tapi beres berkat kebijaksanaan Cak Narto.

Dan dari sekian gereja dan masjid yang ada di Surabaya, hanya MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus yang berdiri bersebelahan. Kedua bangunan megah ini, hanya dipisah ruas jalan dengan lebar sekitar 10 meter.

Ketika diresmikan presiden sekaligus ulama’ kontroversial itu, jemaat Paroki Sakramen Mahakudus meminta Gus Dur untuk memimpin doa. "Namun dijawab oleh Gus Dur, kalian itu yang lebih dekat dengan Tuhan, wong kalian itu manggilnya Bapak, jadi yang paling dekat dengan Tuhan itu ya kalian," kata Josaphat menceritakan lelucon yang dilontarkan Gus Dur, sambil mengingat-ingat pidato salah satu tokoh NU tersebut.

"Mungkin baru kali ini ada Presiden Republik Indonesia yang meresmikan gereja dan memberikan kata sambutan sangat menarik," terangnya.

Di tempat terpisah, di pelataran MAS, seorang jamaah mengatakan kalau di Surabaya kerukunan umat beragama masih tergolong kondusif dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Salah satu buktinya adalah keberadaan MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus yang bisa hidup berdampingan dengan saling menghormati satu sama lain.

"Ini wujud dari ayat Lakum Diinukum Waliyadiin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Jadi kita tak perlu saling bersitegang soal keyakinan masing-masing, asal kita sama-sama tidak saling mengganggu. Dan buktinya, sejak kedua tempat ibadah ini berdiri, kita sama-sama tidak terganggu dengan aktivitas beribadah kita masing-masing," kata Ragil Priyonggo yang hendak menunaikan ibadah salat Zuhur di MAS.

MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus, diproyeksikan untuk mewujudkan konsep masjid dan gereja dalam arti luas, MAS sebagai Islamic Center dengan peran multidimensi dengan misi religius, cultural dan edukatif termasuk wisata religi, untuk membangun dunia Islam yang rahmatan lil alamien. Pun begitu dengan Paroki Sakramen Mahakudus yang sanggup menjadi pusat gereja dengan konsep yang sama.

Secara lahiriyahnya, MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus menjadi landmark kota Surabaya, dan secara simbolik memperkaya peta dunia tentang keberagaman agama di Indonesia, yang tentunya mengangkat citra kota Surabaya di mancanegara.

"Dari cerita yang saya dengar, kedua tempat ibadah ini, konsep bangunannya juga dikerjakan oleh tim dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS)," pungkas Ragil.

Sumber :
http://komsossmkpagesangan.blogspot.com/2012/06/sejarah-berdirinya-gereja-sakramen.html
http://www.merdeka.com/peristiwa/mas-amp-paroki-sakramen-wujud-lakum-diinukum-waliyadiin.html

1 komentar:

  1. Kalau saya tidak salah lihat, dulu ada salibnya di menara gereja. kok sekarang tidak ada lagi, ada apa ???

    BalasHapus