Minggu, 18 Desember 2011

Sejarah Gereja Katolik St. Servatius dan Sejarah Umat Kampung Sawah (2)

Lampu Cabrok[1] itu Mulai Terang

Semenjak tahun 1930 Ordo Saudara Dina (OFM) meneruskan karya Serikat Yesuit di Kampung Sawah. Pastor Cremers adalah pastor ketiga dari Ordo Saudara-Saudara Dina Santo Fransiskus dari Asisi (O.F.M). Pastor Cremers adalah pastor pertama yang tinggal menetap di Kampung Sawah. Ketika Pastor Cremers, O.F.M bertanya kepada seorang tokoh S.J di Indonesia, apakah Serikat Yesus hanya karena kekurangan tenaga tidak pernah mau menempatkan seorang imam di Kampung Sawah, sang tokoh menjawab, “Bukan begitu, sebenarnya kami tidak melihat manfaat dalam menempatkan tenaga di sana!”

Tanggal 24 Mei 1935, Pastor Oscar Cremers, O.F.M tiba di Kampung Sawah. Ia baru selesai mandi. Matanya langsung mengitari bilik sempit di pojok timur gereja di belakang altar yang bakal jadi tempat tinggalnya. Ia pun menulis sebuah catatan perjalanan yang baru saja dialaminya, “Jumat sore 24 Mei pukul empat aku berada di sini. Pastor Victorius kepengin sekali mengantar saya ke tujuan, dan ia menolak menunggang kuda. Mengingat barangku banyak, memang lebih baik memakai mobil daripada naik sado. Maka kami mencoba mengunakan mobil melalui jalan memutar. Berulang kali kami terjebak dalam lumpur, namun kami tidak berkecil hati. Juga ketika kami sudah yakin tidak akan mencapai tujuan pakai mobil, kami tidak putus asa. Mobil ditinggalkan, barangnya dipikul orang dan kami sendiri berjalan kaki…Kami tiba di sebuah selokan yang di atasnya diletakkan Cuma dua batang bambu. Pastor Victorius berhenti dan tampa pikir panjang, iaminta diri. Nekad ia membalik. Seorang diri saya menerukan perjalanan menuju hari depan yang baru. Gerejanya sudah tampak.”,[2]

Tak berapa lama setelah tiba, Pastor Cremers langsung mengajak umat untuk merencanakan membangun gereja dan pastoran baru. Gereja lama telah bobrok bangunannya. Malah rayap telah menggerogoti meja altar dan Patung Hati Kudus Yesus. Untuk pencarian dana, ia membuat foto-foto Kampung Sawah untuk dimuat di majalah Vriendend van Sint Antonius di Belanda. Monseigneur Petrus Willekens, S.J, Vikaris Apostolik Batavia pun ikut menyisihkan dana yang diperoleh dari kampung halamannya untuk Kampung Sawah.

“Tanah gereja pada awalnya adalah milik Pak Muin, “ungkap Bapak Yepta Noron, “Tanah ini dijual kepada Uwak Nathanael. Oleh beliau, tanah terebut dihibahkan kepada anak pertamanya, yaitu Ibu Sopiah Nathanael. Dalam perjalanannya, oleh Bapak Yosef Nathanael, adik Ibu Sopiah, tanah tersebut dijual dengan harga Rp200,- per meter. Hasil penjualannya dibagi dua, sama rata, lalu tanah tersebut dijual lagi dan dibeli oleh Pastor Cremers. Luas tanah yang dibeli adalah sekitar 1.000 meter persegi.”

Monseigneur tak hanya memberikan dana, namun pada tahun 1936 juga mengangkat stasi Kampung Sawah, yang sudah 40 tahun dilayani oleh imam-imam dari paroki Katedral, Kramat dan Matraman, menjadi paroki sendiri dengan nama pelindung Santo Antonius dari Padua. Surat resmi yang ada pada arsip Keuskupan agung Jakarta adalah Stichtingsbrief van het Inheemsch R.K. Kerk en Armbestuur van de Kerk van den H.Antonius van Padua te Kampoeng Sawah yang baru dikeluarkan tanggal 12 Maret 1941.

Foto Katedral Batavia (1880)

Paroki St.Antonius Padua Kampung Sawah memang secara iuridis menjadi paroki kelima dari Vikariat Apostolik Batavia (di kemudian hari menjadi Keuskupan Agung Jakarta) setelah Paroki Katedral (1808), Matraman (1909), Kramat (1920) dan Theresia (1930), namun bila mengacu pada arsip tadi, Kampung Sawah menjadi paroki ketujuh, sesudah Kemakmuran (1938) dan Mangga Besar (1940).

Gambar di sampin adalah Menara gereja St.Antonius yang masih bertahan hingga tahun 1990-an.

Setelah mengalami proses pembangunan yang memerlukan kesabaran pastor dan umat, akhirnya gereja pun jadi dan pada tanggal 23 September 1937, gedung gereja berukuran 11x24 meter, dengan tembok batu setinggi 2 meter dan papan-papan kayu sampai atas pun diberkati. Sebuah menara mungil mempermanis gereja kecil itu. Umat Katolik Kampung Sawah seolah seperti lampu cabrok yang mulai terang.(bersambung)

[1] Lentera minyak
[2] Dimuat dalam majalah Misi Fransiskan, Vrienden van Sint Antonius, 1935.

Sumber : http://servatius-kampungsawah.org/

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP